PADANG – Semangat kemanusiaan membuncah di Kampung Talang, Batu Busuk. Pasca banjir bandang yang menerjang kawasan tersebut, Perkumpulan KPA BIAS bersama LBH Padang dan Karang Taruna Kapalo Koto bergerak cepat menginisiasi pendirian dapur umum dan Hunian Sementara (Huntara) bagi warga terdampak.
Dari Puing Menjadi Harapan
Aksi solidaritas ini tidak hanya sekadar memberikan bantuan logistik. Relawan KPA BIAS bersama warga bahu-membahu memilah sisa-sisa kayu dari puing rumah yang runtuh. Material yang masih layak guna tersebut kembali dirakit menjadi dinding dan rangka Huntara.
Sebanyak 11 Kepala Keluarga (KK) yang kehilangan tempat tinggal kini menggantungkan harapan pada pembangunan ini. Di dapur umum, suasana hangat terasa dari canda gurau ibu-ibu dan relawan perempuan yang memasak bersama. Sementara itu, para pria fokus mengejar target penyelesaian Huntara dalam waktu tiga hari.
Dari Puing Menjadi Harapan
Aksi solidaritas ini tidak hanya sekadar memberikan bantuan logistik. Relawan KPA BIAS bersama warga bahu-membahu memilah sisa-sisa kayu dari puing rumah yang runtuh. Material yang masih layak guna tersebut kembali dirakit menjadi dinding dan rangka Huntara.
Sebanyak 11 Kepala Keluarga (KK) yang kehilangan tempat tinggal kini menggantungkan harapan pada pembangunan ini. Di dapur umum, suasana hangat terasa dari canda gurau ibu-ibu dan relawan perempuan yang memasak bersama. Sementara itu, para pria fokus mengejar target penyelesaian Huntara dalam waktu tiga hari.
Ekosistem yang Terluka di Batu Busuk
Bencana yang menimpa Batu Busuk bukan sekadar fenomena alam biasa. Lokasinya yang berada di hulu sungai menjadikannya sangat rentan terhadap bencana ekologis. Penggundulan hutan di area perbukitan dan perubahan fungsi lahan memicu air sungai meluap dengan membawa material kayu gelondongan dan lumpur pekat.
Kondisi ini menegaskan bahwa pemulihan Batu Busuk memerlukan perhatian serius terhadap kelestarian lingkungan di bagian hulu, agar kejadian serupa tidak terus berulang setiap musim penghujan tiba.
Bencana yang menimpa Batu Busuk bukan sekadar fenomena alam biasa. Lokasinya yang berada di hulu sungai menjadikannya sangat rentan terhadap bencana ekologis. Penggundulan hutan di area perbukitan dan perubahan fungsi lahan memicu air sungai meluap dengan membawa material kayu gelondongan dan lumpur pekat.
Kondisi ini menegaskan bahwa pemulihan Batu Busuk memerlukan perhatian serius terhadap kelestarian lingkungan di bagian hulu, agar kejadian serupa tidak terus berulang setiap musim penghujan tiba.
Dukungan yang Mengalir
Dukungan publik terus mengalir. Berbagai bantuan mulai dari material bangunan seperti seng, triplek, GRC, hingga kebutuhan sanitasi terus berdatangan.
"Alhamdulillah, pada Selasa (9/12/2025), tim relawan KPA BIAS bersama karang taruna kapalo koto berhasil menginstalasi WC portabel dan menyambungkan aliran air bersih. Pada hari yang sama, penerangan listrik pun sudah mulai berfungsi, memberikan secercah kenyamanan bagi para pengungsi di malam hari," ujar salah satu relawan di lokasi.
Meski Huntara hampir rampung, masyarakat masih membutuhkan dukungan jangka panjang untuk memulihkan trauma dan menata kembali kehidupan mereka yang hanyut bersama aliran sungai.
Dukungan publik terus mengalir. Berbagai bantuan mulai dari material bangunan seperti seng, triplek, GRC, hingga kebutuhan sanitasi terus berdatangan.
"Alhamdulillah, pada Selasa (9/12/2025), tim relawan KPA BIAS bersama karang taruna kapalo koto berhasil menginstalasi WC portabel dan menyambungkan aliran air bersih. Pada hari yang sama, penerangan listrik pun sudah mulai berfungsi, memberikan secercah kenyamanan bagi para pengungsi di malam hari," ujar salah satu relawan di lokasi.
Meski Huntara hampir rampung, masyarakat masih membutuhkan dukungan jangka panjang untuk memulihkan trauma dan menata kembali kehidupan mereka yang hanyut bersama aliran sungai.










